Pages

Berita

Wednesday, November 2, 2011

Produksi Persemaian Kol di Kampung Panggilingan (Kampung Bibit)

"Orang bilang tanah kita tanah surga 
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman"
Itu adalah potongan kalimat dari syair lagu yang sempat populer pada masanya. Syair tersebut mendeskripsikan alam Indonesia yang begitu kaya dan subur. Hampir semua jenis tumbuhan dari seluruh dunia dapat tumbuh di Indonesia. Sehingga cocoklah jika ada orang yang bilang tanah kita tanah surga.

Oleh karena keadaan tanahnya yang subur, Indonesia menjadi negara agraris. Sebagian besar penduduknya berpencaharian sebagai petani. Keadaan ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tanpa terkecuali di daerah kampung Panggilingan desa Pasirwangi kecamatan Pasirwangi kabupaten Garut.

Kampung Panggilingan dikenal sebagai Kampung Bibit. Hal ini disebabkan karena di kampung ini para petani memiliki kegiatan pertanian yang khas, yaitu berupa persemaian bibit sayuran. Hampir semua macam bibit sayuran dapat dijumpai di kampung ini. Tapi sebagian besarnya adalah persemaian bibit sayuran kol.

Persemaian bibit kol dipilih petani karena selain penjualan hasilnya yang relatif setabil, juga dikarenakan proses persemaiannya yang tidak begitu sulit. Proses tersebut dapat dikerjakakan oleh dua sampai empat orang. Mereka ini biasanya terdiri dari seorang laki-laki yang dibantu oleh satu sampai tiga orang perempuan, tergantung dari banyaknya benih kol yang disemaikan.

Berikut ini adalah  proses persemaian bibit kol secara lengkap,

 1. Tanah yang akan dijadikan media tanam persemaian dicangkul seperti biasa,
 2. Tanah yang telah selesai dicangkul kemudian dibuat menjadi petakan-petakan panjang dengan ukuran lebar kurang lebih satu meter,   
 3. Setelah terbentuk petakan, tanah tersebut diratakan dengan alat perata (bisa dibuat dari sepotong kayu atau bambu kecil yang dibelah),
 4. Tanah ditaburi pupuk secukupnya  (boleh pupuk kandang atau pupuk kimia)










5. Tutupi pupuk dengan tanah setebal 4-8cm (sebaiknya menggunakan tanah galian),
6. Ratakan tanah yang menutupi pupuk (caranya sama seperti langkah ke-3),








7. Gunakan cetakan untuk membuat lubang tempat meletakkan biji kol,
8. Letakkan biji-biji kol pada lubang yang telah tersedia,
9. Sapukan petakan yang telah diisi biji kol secara merata (tujuannya supaya biji kol yang ada di lubang tertutupi tanah),
10. Sirami dengan air secukupnya,
11. Tutupi dengan karung atau penutup lain selama kurang lebih tiga hari atau sampai biji kol menjadi kecambah yang timbul ke permukaan,











12. Setelah biji kol menjadi kecambah dan timbul ke permukaan, bukalah penutupnya,
13. Sirami kecambah setiap pagi, sampai menjadi benih kol yang siap dijual ke petani-petani.


 Usia panen bibit kol ini berkisar antara 3-4 minggu sejak pertama proses persemaian. Dari setiap 1ons biji kol, rata-rata petani mendapat keuntungan sekitar Rp350.000,-. Dalam satu kali persemaian, biasanya petani menanam 3ons sampai 1kg biji kol. Setiap 1ons biji kol, membutuhkan media tanah seluas 20-25 meter persegi. Sehingga keuntungan yang didapat lebih cepat dan lebih besar dibandingkan jika bertani tanaman lain.

Demikianlah proses penyemaian bibit kol secara umum. Prosesnya tentu saja tidak ada yang sulit. Semuanya bisa dikerjakan oleh petani di daerah manapun. Semoga dapat menjadi referensi untuk dapat mengembangkan usaha seperti yang dilakukan para petani di kampung Panggilingan.

2 comments: